Minggu, 21 November 2010

Sebuah ulasan "Ekologi Kebudayaan Jawa dan Kitab Kedhung Kebo"

Pengantar
Babad berarti membabat untuk mendirikan sesuatu. Babad merupakan salah satu karya sastra Jawa yang bebentuk puisi tembang, dengan kisah yang berlatar belakang sejarah. Pada buku yang berjudul Ekologi Kebudayaan Jawa&Kitab Kedhung Kebo pengarangnya yaitu Peter Carey melakukan penelitian mengenai babad. Carey tidak hanya meneliti satu versi babad tetapi tiga versi dari satu cerita babad yaitu babad yang bercerita mengenai Dipanegara. Dipanegara merupakan salah satu tokoh sejarah yang terkenal dengan perang Jawanya. Dalam buku ini Carey, menganalisa babad dengan pendekatan secara antropologi, yaitu meneliti kebudayaan masyarakat yang terkandung di dalam babad.
Babad Dipanegara dibagi atas tiga kelompok utama yaitu pertama, babad yang ditulis oleh Dipanegara sendiri beserta kerabatnya, selanjutnya disebut sebagai babad otobiografi Dipanegara. Kedua, babad yang ditulis atas perintah Bupati Purwareja, Raden Adipati Cakranegara I, dikenal sebagai buku kedhung kebo. Ketiga, babad yang ditulis di istana di Jawa Tengah, di Yogyakarta dan Surakarta.

Keunikan Cerita Babad Otobiografi Dipanegara
Dari ketiga kelompok babad Dipanegara, yang akan dibahas adalah babad otobiografi Dipanegara yaitu, babad yang ditulis oleh Dipanegara sendiri. Babad tersebut memiliki keunikan pada ceritanya. Keunikan yang dimaksud sebagian besar dari mitos yang ditampilkan untuk melegitimasikan kepemimpinan Dipanegara atas perang Jawa dan membenarkan tindakan yang dilakukan sebelum dan sesudah perang Jawa. Babad dipanegara ditulis di Manado selama tiga bulan (13 November 1831-3 Februari 1832). Babad ini menggambarkan sejarah Jawa sebelum kelahiran Dipanegara dan kehidupan serta zaman yang dilalui Dipanegara sampai masa pengasingannya di Manado.
Salah satu keunikan babad ini adalah Dipanegara menyamakan dirinya dengan salah satu tokoh wayang dari kubu Pandawa yaitu Arjuna. Konon, Ratu Kidul memberikan sebuah anak panah Sarotama pada Dipanegara. Pada cerita wayang, sarotama adalah salah satu senjata milik Arjuna. Cerita ini mirip dengan cerita Arjuna yang memperoleh panah pasopati dari tangan Siwa. Hal ini unik karena pada babad yang lain, yaitu versi Cakranegara, dikisahkan bagaimana Cakranegara menyamakan dirinya dengan Bima. Salah satu cerita yang memberi pengaruh atau inspirasi bagi Dipanegara, kemungkinan adalah Arjuna Wiwaha. Lakon tersebut dikenal juga sebagai lakon Mintaraga. Di dalam cerita dikisahkan persiapan Arjuna melalui cara pertapaan demi mendapatkan kekuatan yang tidak terkalahkan itu agar ia dapat memerintah dunia sekaligus berjaya atas semua kekuatan jahat. Pada babd Dipanegara ditemukan rujukan pada periode awal sebelum terjadinya perang, adanya upaya mensucikan diri dengan melakukan pertapaan. Konon, Dipanegara sering pergi ke hutan sendirian, untuk bertapa.
Selain itu, hal lain yang cukup unik pada babad ini adalah keberadan Ratu Adil pada sosok Dipanegara. Selama ini, sepanjang abad sering sekali ada yang menganggap dirinya sebagai Ratu Adil, tokoh pada mistik Jawa. Dipanegara konon pernah bertemu dengan Ratu Adil yang kemudian memberi surat perintah untuk berperang. Sejak itu orang menganggap bahwa Dipanegara adalah sang Ratu Adil atau juru selamat. Dipanegara juga menganggap dirinya sebagai seorang pemimpin agama Islam lewat pembenaran bahwa saat bertemu Ratu Adil, dia ditugaskan memimpin pasukan dengan Al Quran sebagai landasan kekuasaan.
Keunikan lainnya adalah bagaimana Dipanegara mengasosiasikan dirinya sebagai perantara terjadinya penghancuran yang dimaksudkan (pada ramalan Jayabaya terdapat bab dimana orang Jawa diceritakan habis karena peperangan). Lucunya, Dipanegara berusaha melakukan pembenaran akan pemberontakan yang dilakukannya di dalam pandangan dan pengertian kebudayaan dan kosmis Jawa yang tradisional. Dipanegara menyadari bahwa dia bukan pemimpin yang mampu mengusir orang-orang Belanda dari Jawa, tetapi bahwa dia yang akan menjadi penyebab timbulnya suatu masa penghancuran yang mensucikan, yang berlangsung untuk jangka waktu yang singkat saja, yang merupakan pendahuluan zaman pemerintahan yang benar dan adil. Dengan kata lain Dipanegara berusaha melakukan pembenaran diri akan tindakannya, dia berpikir bahwa kejadian tersebut (pemberontakan dan kekalahan) merupakan takdir yang telah digariskan.

Pendekatan Peter Carey Pada Babad Dipanegara
Seperti telah dijelaskan pada pengantar bahwa Peter Carey melakukan penelitian dengan pendekatan antropologi. Bagi Carey pendekatan sejarah tidak cocok untuk meneliti babad tersebut tetapi ciri-ciri kebudayaan masyarakatlah yang menjadi pusat perhatiannya dalam meneliti babad. Menurut Carey pada semua babad Dipanegara, cerita wayang dipergunakan untuk melukiskan pribadi-pribadi yang berperan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama berlangsungnya perang Jawa dan penggunaan gambaran demikian telah melebihi sekadar hanya kebiasaan dan sopan santun kesusastraan belaka. Selain itu bagian-bagian tulisan yang terdapat di dalam babad itu membicarakan maslah dunia spiritual Jawa mempunyai arti yang penting bagi pemahaman historis mengenai konsep kekuasaan pada saat itu.
Menurut saya, pendekatan yang dilakukan oleh Peter Carey tepat karena dengan meneliti secara antropologis atau mensasarkan pada konsep kebudayaan masyarakat, babad ini dapat memberikan suatu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep budaya (dalam hal ini tingkah laku) masyarakat Jawa pada ketiga babad. Seperti konsep wayang yang dipercaya masyarakat sebagai salah satu pedoman hidup, mencerminkan tingkah laku masyarakat Jawa sendiri. Nilai spiritual masyarakat Jawa yang tergambar dengan jelas pada babad ini (percaya wangsit, wahyu dan mimpi serta tapa) merupakan cermin tindakan dan panduan masyarakat Jawa. Lain halnya jika pendekatan yang dilakukan melalui pendekatan sejarah misalnya. Pendekatan sejarah tidak terlalu cocok pada babad tersebut karena cerita babad tersebut tidak murni sejarah, meklainkan telah di modifikasi dengan intepretasi dan imajinasi penulis/penyalin sendiri, sehingga untuk mencapai adanya kebenaran pada sejarah yang ditampilkan tidak terlalu tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar